Mencermati Arti Mukjizat Al-Quran dari Segi Bahasa

Gambar
Diri kita terdiri dari dua hal yaitu jasad dan ruh. Jasad harus diberi gizi yang cukup untuk tumbuh kuat dan gizinya berbentuk materi seperti makanan dan minuman. Begitu juga dengan ruh yang membutuhkan asupan gizi, namun gizinya bukan berbentuk materi melainkan maknawi yaitu hidayah. Sebagaimana Allah memudahkan kita untuk mendapatkan asupan gizi materi bagi jasad kita, Allah juga telah memudahkan kita untuk mendapatkan hidayah itu sebagai asupan gizi maknawi bagi ruh kita, dengan cara diutusnya para rasul untuk menuntun manusia kepada jalan yang benar dan juga diberikan pula pada manusia akal sehat agar mudah untuk meyakini apa yang dibawakan oleh para rasul. Para rasul diutus kepada kaum yang sudah mulai melenceng dari jalan yang benar, seperti kaum Nabi Nuh yang sejak 10 abad menyembah Allah lalu kemudian mereka berpaling menuju penyembahan patung akibat perilaku mereka yang berlebihan terhadap orang saleh, maka Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk mengembalikan mereka menuju penyem...

Mencemari Waktu

 Sejak kita mendedikasikan diri untuk sebuah tujuan, maka kala itulah kita terbangun untuk bergerak mencari tujuan itu.

Tapi tak selamanya berjalan mulus. Saat kecil kita mengacungkan tangan berkata, “Aku ingin menjadi ini itu.” Waktu kecil, cita-cita kita begitu tinggi sekali tanpa melihat kapasitas diri yang kala itu masih disuapi ibu dan masih diantar ayah. Tapi kita memilih untuk tak peduli. Kini saat kita beranjak untuk merealisasikan impian itu, dalam perjalanan semakin bertambah umur semakin berkurang cita-cita, mulai melihat kapasitas diri yang tak bertambah, mulai melihat passion masing-masing, mulai melihat karir yang pasti. Bukan sebuah masalah menyesuaikan diri, yang jadi masalah adalah panjang mimpi tapi pendek aksi.

Kurangnya dedikasi dan lemahnya management waktu adalah sebab terberat mimpi itu menguap menjadi angan-angan. Waktu kecil, kita ingin segera dewasa agar mampu menepi di karir idaman, tapi saat dewasa malahan ingin menjadi kecil dan menjauh dari karir, arti lain: ingin hidup tanpa beban.

Waktu ini berjalan cepat sekali dan semua manusia menyadari itu, apalagi saat dia mengenang masa-masa yang lalu. Tapi kebanyakan mereka tidak sadar bahwa waktu memaksa mereka menua tapi memberikan pilihan untuk dewasa, waktu tak memaksa manusia untuk menjadi yang mereka mau, waktu hanya ingin kau menua dan lalu mencapai ajal yang ditentukan.

Kita akan membicarakan pencemaran waktu di masa dewasa ini, melirik diri kita yang sudah berjuta-juta detik tanpa makna setitik pun, yang selalu mencari alasan untuk mengelak dari kenyataan bahwa kita tak bisa berbuat karena tak siap menghadapi kenyataan hidup.

Kita lihat berapa jam waktu kita habis oleh scrolling Tiktok dan Instagram, berapa jam waktu habis oleh film-film yang menghibur, berapa jam habis oleh live srteaming YouTube dari para youtubers yang kita puja. Kita melihat di TikTok atau Instagram orang-orang hebat yang membuat konten berguna dan menyuruh kita untuk melakukan seperti apa yang mereka katakan, tapi kita sama sekali tak termotivasi untuk bangun dari kasur dan bergerak melangkah, kita melanjutkan scrolling dan hilanglah berjam-jam. Kita melihat para youtubers yang sukses menghasilkan uang dari kontennya dan kita pun tertarik untuk menjadi seperti mereka dan menjadikan kadar sukses adalah saat terkenal serta memiliki banyak kekayaan tapi kita hanya penikmat konten mereka tanpa sama sekali keluar rumah dan mencari inspirasi. Kita menonton film-film series yang setiap akhir episode mendorong untuk melanjutkannya karena dibuat penasaran olehnya hingga lupa bahwa malam sudah berganti pagi. Saat orang berusaha menyadarkanmu, kau mengelak dan berkata bahwa semua itu ada manfaatnya, kau malas membaca dan memilih melihat motivasi instan di media sosial, kau malas belajar dan memilih menonton film yang tak berfaedah, kau memilih bermain game daripada meningkatkan keterampilan hidup. Kau mengelak bahwa dalam film ada pelajaran, padahal kau hanya fokus pada aksi dan alur cerita yang dibawakan tanpa mengambil faedah, andaikata kau pun mengambil faedah di lima menit akhir film itu, maka kau membuang satu setengah jam dari awal film itu. Kau mengelak bahwa mendengarkan motivator di Instagram lebih ngena di hati dibandingkan membaca, padahal konten tak berfaedahlah yang lebih banyak muncul dan kau lebih sering mengabaikan konten berguna, satu menit berfaedah dari konten itu tidak sebanding dengan rebahan berjam-jam untuk konten yang tak berguna. Lagipula para motivator adalah pembaca maka ingin sampai kapan kau dibacakan oleh orang lain bagai anak kecil?

Aku tak melarang itu semua, aku pun masih berusaha keluar dari jeratan. Tapi aku mengajakmu berpikir luas bahwa waktumu saat ini kau cemari. Kau cemari 24 jam dengan tak sama sekali ada hal baru yang berkembang, kau cemari hampir sebulan penuh dengan hal sia-sia. Aku tak menghakimimu, tapi “kau” adalah diriku. Aku menghakimiku.

Sikap kita perlu diubah. Kita sudah dewasa, haruskah kita masih bersifat anak-anak? Setelah kau tahu bahwa setiap pesimis adalah sifat kanak yang dibawa ke masa dewasa, maka sekarang adalah bahwa setiap kelalaian yang kau lakukan kini adalah sifat kanak yang kau bawa di masa dewasa.

Mau sampai kapan kau berkumpul dengan kawan-kawan yang hanya mengajakmu untuk terlihat gaya tapi otakmu kosong? Mau sampai kapan obrolanmu hanya sebatas game dan perempuan? Mau sampai kapan kau hanya menghabiskan waktu dengan bermain-main?

Dewasa adalah sifat saat kau serius melihat dunia, saat kau kritis melihat sekeliling, saat kau berbicara sesuatu yang bermanfaat dan menghindari obrolan tak berguna, saat kau mengedepankan keilmuan di atas gaya dan tampilan, saat kau fokus pada masa depan dan bukan fokus pada masa sekarang, saat kau mampu membagi waktu dengan baik dan tak tenggelam dalam hiburan, saat kau menikmati waktu dengan sebuah arti untuk membangun pengalaman dan skill bertahan hidup, dan saat kau tangguh berdiri tanpa mengeluh dengan keterbatasanmu.

Cobalah lihat dirimu sekarang, akankah kau ingin terus begini? Kau sering takjub dengan ayahmu saat berbicara tentang pengalamannya hingga dia sukses dan bisa menafkahimu. Coba bayangkan kau menjadi ayah dan ditanya soal pengalaman masa mudamu oleh anakmu, apa yang kau ingin ucapkan jika kau selama ini hanya berbaring di kasurmu dan menikmati dunia khayalanmu! Akankah kau berterus terang ataukah kau memilih cerita singkatmu yang kau anggap heroik yang durasinya hanya beberapa saat dibandingkan waktumu yang habis oleh rebahan? Pikirkan saja!

Otak bagaikan wadah kosong, kau diberi pilihan batu kerikil atau pasir, batu kerikil adalah ilmu sedangkan pasir adalah omong kosong. Bila kau memasukkan kerikil pada otakmu, maka pasir pun masih punya ruang untuk masuk melebur menjadi penghibur dari stress. Tapi bila pasir yang kau masukkan pada otakmu, maka kerikil tak mampu ditampung yang pada akhirnya otakmu hanya terisi oleh rumor omong kosong tanpa ilmu. Sepandai apapun kau bicara, orang bodoh akan lebih terlihat kebodohannya saat dia mampu berbicara.

Maka keluarlah dari toxic life ini, berusahalah keluar dari kehidupan yang mati, yaitu saat kau berjalan di sebuah perjalanan menuju batas nyawamu tapi kau tak tahu arah yang tepat untuk kau tuju, kau memilih berbaring pingsan di kasurmu dengan segudang khayalan dan panjang angan sedangkan kau lupa bahwa waktu telah pergi. Maka saat kau seperti itu, yakinlah suatu saat kau akan sadar, terbangun dari kehidupan yang mati itu di waktu yang salah, sehingga kau sadar bahwa kehidupan tidaklah mudah dan nyata perjuangannya sedangkan kau kehilangan bekal untuk menjalaninya.

Maka wahai kawan..! Sadarlah kembali, sesungguhnya emas telah pergi..!

Tak perlu lagi mengelak.

Membaca buku adalah pilihan yang tepat. Produktif di passion-mu adalah jalan terbaik. Kau keluar rumah dan mencari banyak pengalaman. Kau memanfaatkan segala kapasitas dan modal yang Allah berikan padamu. Kau merencanakan masa depan dan mengabaikan segala kepuasan masa sekarang yang kemungkinan meleburkan cita-cita. Kau lebih banyak berinteraksi secara nyata dengan orang-orang yang baik. Dan terpenting, kau lebih dekat dengan agama, meningkatkan keimanan, rajin beribadah, dan selalu berusaha lebih baik, maka itulah sikap kedewasaan. Ketahuilah bahwa iman mendewasakan seseorang. Dengan ini, niscaya hidupmu lebih baik.

Namun, semuanya bergantung pada tekad. Buku ini sama sekali tak dapat mengubahmu kecuali kau benar-benar tergerak. Bila kau hanya sebatas menikmati kata-kata dan mengalir keluar dari belakang matamu kemudian lupa, maka tak akan menghasilkan apa-apa.

Berdedikasilah untuk dirimu, maka kau akan bergerak. Berhentilah mencemari waktu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Untuk Cianjur

Pemilu (dari mata orang sok tahu)

Manipulasi Angka (Mencari Esensi Ujian dan Meluruskan Keliru)