Mencermati Arti Mukjizat Al-Quran dari Segi Bahasa

Gambar
Diri kita terdiri dari dua hal yaitu jasad dan ruh. Jasad harus diberi gizi yang cukup untuk tumbuh kuat dan gizinya berbentuk materi seperti makanan dan minuman. Begitu juga dengan ruh yang membutuhkan asupan gizi, namun gizinya bukan berbentuk materi melainkan maknawi yaitu hidayah. Sebagaimana Allah memudahkan kita untuk mendapatkan asupan gizi materi bagi jasad kita, Allah juga telah memudahkan kita untuk mendapatkan hidayah itu sebagai asupan gizi maknawi bagi ruh kita, dengan cara diutusnya para rasul untuk menuntun manusia kepada jalan yang benar dan juga diberikan pula pada manusia akal sehat agar mudah untuk meyakini apa yang dibawakan oleh para rasul. Para rasul diutus kepada kaum yang sudah mulai melenceng dari jalan yang benar, seperti kaum Nabi Nuh yang sejak 10 abad menyembah Allah lalu kemudian mereka berpaling menuju penyembahan patung akibat perilaku mereka yang berlebihan terhadap orang saleh, maka Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk mengembalikan mereka menuju penyem

Antologi Puisi "Bayangan Sepanjang Desember"

 Saat terjadi bencana yang menimpa kampung halaman penulis, dia merasakan hampa dan khawatir. Saat muncul banyak puisi mengenai bencana itu, penulis bertekad untuk menciptakan pula karya puisi sebagai pelampisan dari rasa hampa pada zona sekelilingnya. Puisi itu ingin ia jadikan dalam waktu yang singkat tapi menghasilkan karya yang banyak. akhirnya penulis bertekad untuk menulis “satu hari, satu puisi” pada bulan Desember yang melukiskan hari demi hari di bulan itu atau menggambarkan isi hatinya yang ingin bersuara tapi tak mampu.

Desember adalah bulan penuh cerita dalam hidupnya, dari masa ke masa, dan puisi adalah jalan untuk mengenangnya. Bayangan adalah benda tak terjamah namun menyertai bagai kenangan yang tak teraba namun menghantui. Dari ketidakpercayaan diri penulis dan sulitnya menjelaskan sebuah peristiwa ini menghasilkan puisi abstrak, sulit dipaham mungkin, tapi makna dalam dapat diselami.

"Akhir-akhir ini langit sore terlihat indah

Warna kuning keemasan terpancar sudah

Menerpa wajahku yang terkesima

Bersama hembus hawa, terpana


Mungkin langit sedang menghibur

Warga bumi yang kesulitan

Diguncang bencana

Kehilangan bayang


Bayangan tanda keberadaan

Meski tak dapat diraih layak fatamorgana

Namun itu jadikan tanda kehidupan

Bahwa nyawamu masih di kandung badan"

        Meski puisi kadang kala tak butuh untuk dicermati, tapi bagi penyelam rasa, puisi dapat menjadi palung baru yang rumit dan gelap namun dapat menemukan hal indah di sana yang belum pernah ia baca. Puisi dapat dinikmati oleh hati yang teduh. Penulis pun tak peduli dengan gaya dan cara “apakah puisi ini sesuai kaidah atau tidak?” Karena ungkapan hati adalah kebebasan dan tak terpatok oleh kaidah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu (dari mata orang sok tahu)

Mimpi Untuk Cianjur

Penghargaan Yang Bukan Penghargaan (Mencari Hakikat Prestasi & Apresiasi)