Mencermati Arti Mukjizat Al-Quran dari Segi Bahasa

Gambar
Diri kita terdiri dari dua hal yaitu jasad dan ruh. Jasad harus diberi gizi yang cukup untuk tumbuh kuat dan gizinya berbentuk materi seperti makanan dan minuman. Begitu juga dengan ruh yang membutuhkan asupan gizi, namun gizinya bukan berbentuk materi melainkan maknawi yaitu hidayah. Sebagaimana Allah memudahkan kita untuk mendapatkan asupan gizi materi bagi jasad kita, Allah juga telah memudahkan kita untuk mendapatkan hidayah itu sebagai asupan gizi maknawi bagi ruh kita, dengan cara diutusnya para rasul untuk menuntun manusia kepada jalan yang benar dan juga diberikan pula pada manusia akal sehat agar mudah untuk meyakini apa yang dibawakan oleh para rasul. Para rasul diutus kepada kaum yang sudah mulai melenceng dari jalan yang benar, seperti kaum Nabi Nuh yang sejak 10 abad menyembah Allah lalu kemudian mereka berpaling menuju penyembahan patung akibat perilaku mereka yang berlebihan terhadap orang saleh, maka Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk mengembalikan mereka menuju penyem

Dari Overproud, Westernisasi, Sampai 5 Pokok Kehidupan Dalam Islam

    “Ada Indonesia nya coy!”

Ungkapan yang sedang ramai di jagat maya Indonesia untuk menggambarkan sifat overproud orang Indonesia ketika mendapati nama negerinya disebut oleh orang asing. Kita sering kali bangga berlebihan ketika ada bule yang bilang “Aku cinta Indonesia.” Atau “Bakso enak.” Kita sambut mereka dengan tepuk tangan meriah bagai orang istimewa, padahal mungkin di negeri asalnya mereka orang biasa saja. Atau bangga ketika ada Indonesia di situs berita barat, film-film Hollywood, atau dikunjungi artis-artis. Sebenarnya tak salah bila kita bangga saat negeri kita ini diakui oleh dunia, tapi rasa bangga yang berlebihan itu terkesan norak dan menunjukan bahwa orang Indonesia ini mudah dibodoh-bodohi. Kebanyakan orang Indonesia mudah percaya dengan isu yang dibawa dari luar negeri seakan mereka adalah sumber kebenaran, atau meyakini bahwa produk yang bertuliskan buatan asing itu lebih baik dari produk negeri sendiri, padahal belum tentu produk itu benar-benar lebih baik walaupun kebanyakan memang produk asing itu berkualitas. Yang jelas bahwa dalam anggapan kebanyakan orang Indonesia “Setiap sesuatu yang datang dari luar negeri adalah keren dan perlu dipercayai.” Oleh sebab itu, Indonesia menjadi salah satu target orang asing dalam membangun popularitasnya, pasarnya, dan pengaruhnya. Maka tak heran ada istilah Indonesian reference yaitu unsur-unsur yang merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia, baik secara eksplisit ataupun implisit, yang termuat dalam sebuah produk budaya populer asing.[1] Indonesian refernce ini tentunya untuk menarik perhatian orang indonesia yang mudah overproud, terutama dalam industri perfilman seperti dalam serial film The Last of Us yang menampilkan Jakarta sebagai asal mula jamur yang menginfeksi manusia, begitu pun film animasi Disney, Raya and The Last Dragon, yang menampilkan kesenian wayang kulit, gamelan, buah kelengkeng, struktur atap rumah gadang, hingga pedang menyerupai keris yang jadi senjata andalan Raya. Atau film Avatar The Way of Water yang katanya terinspirasi oleh budaya suku Bajo dan keindahan alam bahari Nusantara.

            Apa penyebab overproud orang Indonesia ini?

Penyebab overproud pada orang Indonesia ini adalah dikarenakan adanya pengistimewaan atas bangsa Barat yang mana mereka sering kali dianggap sebagai ras unggul dan terpandang sehingga ketika negeri kita disebut olehnya bagaikan sebuah sanjungan terhormat. Pengistimewaan itu mungkin karena dilihat dari kecerdasannya, tampangnya yang rupawan, kemajuan negeri asalnya, ataupun karena hartanya yang melimpah ini membuat sifat minder pada orang Indonesia sehingga beranggapan bahwa orang Indonesia adalah ras yang rendah dan takar kemajuan sebuah peradaban adalah Barat. Memang, negeri Barat -dalam artian Amerika dan Eropa- terkenal maju dalam segi teknologi dan informasi di hampir segala bidang ilmu pengetahuan. Tapi yang sangat disayangkan, bila benar yang dilihat dari negeri Barat adalah kemajuan peradaban, lalu mengapa sangat sedikit sekali yang tertarik dengan ilmu pengetahuan di sana? Justru lebih banyak mengikuti budaya buruk mereka yang bertentangan dengan budaya dan moral yang berlaku di negeri ini. Karena pengistimewan yang salah inilah yang berdampak buruk pada generasi negeri ini. Kemajaun sebuah negeri sepantasnya tak dilihat dari sisi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saja, tapi perlu disortir budaya dan cara pandang mereka dalam berkehidupan.

Overproud seharusnya membuat orang Indonesia ini mengunggulkan rasnya karena sifat ini sesungguhnya menjadikan orang sombong dan berbangga diri atas apa yang dimilikinya, tapi dalam kasus ini justru membuat diri kita merasa tak punya apa-apa dan ketika ada orang asing menyebut nama negeri kita, kita bangga karena merasa terakui oleh orang yang lebih unggul ras dari kita yang pada akhirnya kita mengistimewakan mereka dan mengikuti gaya mereka. Mungkin overproud itu seperti rasa bangga ketika presidan mengapresiasi siswa berprestasi, dia mengistimewakan presiden karena rasa bangganya dia telah diakui.

Tapi apakah ada sebab lain yang membuat kita mengistimewakan negeri Barat?

Selain overproud dan disamping karena bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, sifat orang Indonesia yang mengistimewakan Barat adalah dikarenakan faktor historis. Post-Colonialism adalah sebuah teori yang berkaitan erat dengan kolonialisme atau penjajahan. Post-Colonialism berfokus pada dampak pasca penjajahan dari segi budaya, sosial, ekonomi, geografis, serta agama.[2] Nusantara ini telah dijajah selama beradab-abad oleh negeri Barat, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris, yang mana ini sangatlah berpengaruh pada kehidupan masyarakat Nusantara. Sebagaimana kita tahu bahwa Nusantara ini dahulu hidup dalam kerajaan-kerajaan, terisolasi dari budaya asing, dan masih menganut budaya tradisional, sehingga tatkala bangsa Barat datang untuk mengeksplorasi belahan dunia Timur, termasuk Nusantara, untuk mencari komoditas baru yang dihasilkan di sana, seperti rempah-rempah, mereka datang dengan gaya yang belum pernah dilihat oleh pribumi sebelumnya dari pakaiannya, kendaraannya, peralatannya, dan bahasa serta budayanya. Karena rasa kagum pribumi melihat itu semua, disambutlah mereka dan diagungkanlah mereka sebagai ras yang unggul. Apalagi pada masa itu, orang yang berpendidikan kebanyakan adalah ras berkulit putih itu dikala pribumi masih minim akses pendidikannya. Rasa kagum nenek moyang kita dahulu menjadi pola pikir yang melekat dan terus turun-menurun hingga sampai pada kita sekarang bahwa orang Barat adalah ras unggul yang harus diikuti budayanya untuk mencapai kemajuan peradaban.

            Penjajahan secara militer dan kolonialisme telah usai, tapi bekas-bekas dari pengaruh mereka di tanah Nusantara masihlah ada. Westernisasi adalah bagian dari bekas pengaruh mereka pada masyarakat kita dan mungkin pula ini adalah penjajahan baru atau neo-kolonialisme. Mungkin harta dan nyawa kita tak direbut oleh mereka tapi budaya yang luhur milik nenek moyang kita mulai luntur oleh penjajahan gaya baru ini. Memang sifat melekat pada diri kita tentang rasa kekaguman dan pengistimewaan atas negeri Barat mungkin adalah warisan dari nenek moyang kita, tapi yang disayangkan oleh kita sekarang adalah kebanyakan dari generasi ini menjadikan Barat sebagai kiblat mereka dalam berkehidupan.

            Apa itu westernisasi?

          Menurut KBBI, kata westernisasi bermakna “Pemujaan terhadap Barat yang berlebihan.” Pemujaan tentu bukan sekedar menghormati, tapi itu adalah sifat tunduk terhadap segala pengaruh yang dibawa Barat dan mengikuti setiap gaya dan budaya mereka tanpa sortir dan pertimbangan. Westernisasi ini sangatlah berpengaruh pada generasi sekarang. Dikarenakan kemajuan teknologi yang memudahkan informasi-informasi masuk ke hampir pelosok negeri, maka seakan tak ada rumah yang selamat dari pengaruh Barat di negeri ini selama mereka dapat mengakses internet atau informasi, baik dengan gawai atau televisi. Sebenarnya pengaruh ini sudah ada sejak lama dan mungkin dari masa penjajahan dahulu, tapi semenjak internet mudah diakses, pengaruh ini menjadi epidemi yang menjangkiti hampir sebagian besar remaja pada generasi ini. Kita dapat melihat sendiri bagaimana westernisasi ini berpengaruh sekali pada perilaku remaja, seperti pergaulan bebas, gaya rambut dan bertato, meminum alkohol, pembulian, tindakan kriminal, model berpakaian, dan pemikiran-pemikiran seperti childfree dan atheisme. Maka tak heran remaja sekarang kebanyakan tak berbudi dan berakhlak. Kita pun dapat melihat dampak dari westernisasi terhadap dunia hiburan tanah air, seperti banyaknya musisi Indonesia yang menciptakan lirik berbahasa Inggris dan film-film yang bernuansa K-drama atau Hollywood. Dunia hiburan memiliki pengaruh besar pada pola pikir seseorang karena kisah dan visualisasinya yang mudah tersimpan dalam otak dan menjadi sebuah perilaku. Kita lihat sekarang dalam dunia perfilman tanah air mulai mengadopsi westernisasi sebagai pokok kisahnya, seperti adegan-adegan tak senonoh, vulgar, kekerasan, perkataan kotor, pakaian terbuka dan hubungan gelap. Ini tentunya memperparah sifat buruk remaja Indonesia dan menghilangkan budaya luhur Nusantara, seakan apa yang ditunjukkan dalam film itu adalah bagian dari pelumrahan sifat-sifat tersebut.

            Bagaimana mengatasi dampak negatif westernisasi pada remaja?

        Kita tak menutup mata dari dampak positif dari westernisasi seperti freespeech, kemampuan bahasa internasional meningkat, keterbukaan informasi, dan ilmu pengetahuan yang tak ada di negeri kita dapat kita akses berkat westernisasi. Namun, dampak negetifnya lebih banyak diambil oleh remaja kita. Lantas bagaimana cara menyelesaikan masalah ini atau meminimalisir dampak negatif dari westernisasi ini? Kembali pada dunia pendidikan kita, dampak positif westernisasi itu didapat di sekolah sedangkan dampak negatifnya didapat tatkala pulang dari sekolah.

           Sekolah adalah bagian terpenting dalam membentuk karakteristik anak, bukan hanya kecerdasan saja. Sekolah seharusnya menjadi sarana penyortiran pengaruh westernisasi atau bahkan meniadakan dan membendung pengaruh itu. Mengapa? Karena sejatinya Barat bukanlah satu-satunya pemiliki metode pembelajaran atau bahan ajar terbaik, tapi pastinya ada metode lain yang justru lebih tepat diterapkan di Indonesia ini. Apa itu? Islam jawabannya. Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia, maka hendaknya Islam menjadi metode utama dalam pembelajaran dan dapat ditambah dengan mengadopsi metode Barat di dalamnya. Bagaimana pendidikan Islam itu? Tak harus pesantren atau madrasah saja yang dapat disebut dengan pendidikan Islam, tapi sekolah pada umumnya hendaknya menjadikan pendidikan Islam bagian dari metodenya. Pendidikan Islam merupakan suatu proses yang komprehensif dari pengembangan keperibadian manusia secara keseluruhan yang meliputi intelektual, spiritual, emosi, dan fisik.[3] Islam mengajarkan kita untuk menjaga 5 Pokok Kehidupan, yaitu agama, nyawa, akal, nasab, dan harta. Bila ditinjau dari kelima Pokok Kehidupan, maka pendidikan yang dijalankan oleh guru di lembaga pendidikan dan orangtua di rumah haruslah bertujuan untuk menjaga kelima Pokok Kehidupan anak yang mana ini adalah bagian dari cara Islam menjaga kemaslahatan manusia. Berikut opiniku tentang hasil dari menerapkan Pendidikan Islam dalam menjaga kelima pokok ini sebagai upaya mencegah westernisasi negetif pada remaja:

    5 Pokok Kehidupan dalam Islam

  1. Islam ini dibangun atas dasar keyakinan atau akidah. Islam sangat ketat menjaga penganutnya dari penyimpangan yang memalingkannya dari akidah Islam. Adalah hal utama dalam mendidik anak adalah penanaman akidah yang benar. Sebagai pokok pertama dalam Islam, akidah yang benar harus dijaga dan dikuatkan pada diri remaja. Aku melihat banyak dari remaja sekarang yang tak tahu akidah Islam itu apa dan bagaimana, bahkan kata akidah pun masih asing dalam telinga mereka. Atau remaja yang sudah mulai belajar agama tapi masih salah dalam memahami akidah yang benar, dia terjerat dengan akidah-akidah yang menyimpang. Maka, ini menjadi PR bagi pendidikan Islam di Indonesia yang bermayoritaskan muslim. Masyarakat muslim haruslah teredukasi oleh akidah yang benar untuk menjaga mereka dari kekufuran, kesyirikan, pemikiran dan ideologi yang sesat. Ideologi-ideologi Barat sudah masuk ke tanah air sejak lama, namun sekarang dirasa telah merambat pada otak remaja dengan mudah bahkan masuk ke pesantren-pesantren. Salah satu contohnya adalah teori Darwin tentang revolusi manusia yang diajarkan dalam buku-buku ajar, tentunya teori ini adalah bagian dari ideologi ateisme karena teori ini tidak mempercayai adanya penciptaan manusia melainkan manusia itu ada dengan sendirinya melalui perubahan bentuk dari kera menjadi manusia. Ini menunjukan secara tidak langsung bahwa tidak adanya pencipta. Tentu ini bertentangan dengan akidah Islam. Atau bila dilihat sekarang banyak remaja yang tidak suka dengan hal-hal yang berbau Islam, padahal Islam adalah agama mereka, bahkan ada pula yang mempelajarinya, tapi mereka sama sekali tak terpengaruh olehnya. “Belajar Islam, tapi tak Islami.” Mereka beranggapan bahwa Islam ini sudah terlalu kuno, tak keren, tak relevan dengan jaman, tak modern dibandingkan dengan pemikiran Barat yang menggiurkan, keren, modern, dan menyeru pada kebebasan berekspresi. Maka, para pendidik, baik di sekolah umum ataupun di sekolah berbasis Islam haruslah mengutamakan materi akidah sebagai pondasi dalam menghadapi pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari negeri Barat. Minimal tanamkan rukun Iman dan Islam serta rasa bangga menjadi muslim. Karena kebanyakan pemuda yang mengikuti arus Barat adalah pemuda yang tak memiliki akidah yang benar atau tak punya rasa bangga menjadi seorang muslim. Menurutku, cara memulai langkah awal ini adalah dengan mengedukasi para guru dan orangtua tentang akidah yang benar dengan mengadakan seminar khusus untuk mereka, karena mereka adalah pemeran utama dalam pendidikan anak. Kemudian, guru atau orangtua harus dapat aktif menjelaskan pada anak tentang ideologi Barat beserta kesalahpamannya sehingga anak tahu bahwa itu salah. Jadi, akidah yang benar dapat menahan westernisasi dalam sisi pemikiran yang merusak moral dan pola pikir pada remaja. Setalah akidah tertanam kokoh pada diri remaja, maka mereka akan mulai mencari cahaya lain dari agama ini dan mencerminkan dalam kehidupan sehari-hari. Remaja ini akan belajar agamanya dan menyeimbangkannya dengan ilmu duniawi sehingga muncul keselarasan dan pemikiran yang cermerlang yang tak melewati batas agama. Serta moral dan etika yang baik sebagaimana Islam selalu memerintahkan penganutnya untuk berperilaku terpuji. Akidah yang benar pada diri remaja akan menjaga pokok-pokok kehidupan setelahnya, karena setelah ini semuanya akan berhubungan dengan hak-hak manusia.
  2. Kita tahu tentang tingkat kriminalitas yang tinggi di negeri Barat yang digambarkan dalam film-film, permainan dan video musik, atau dalam berita. Sebagaimana telah disebutkan bahwa industri hiburan sangat mencuci otak remaja, maka westernisasi negatif model ini bila tak dicegah akan merusak moral sehingga meningkatkan kriminal di negeri ini. Mungkin kriminal yang terjadi pada lingkungan remaja kebanyakan karena terobsesi oleh westernisasi negatif ini. Islam mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan tubuh kita dan menjaga diri orang lain serta melarang membunuh tanpa sebab yang syar’i. Pokok kedua kehidupan dalam Islam, yaitu nyawa, terbagi menjadi dua: 1) Menjaga nyawa sendiri, 2) Menjaga nyawa orang lain. Setiap yang dilarang dalam Islam adalah demi kemaslahatan manusia seutuhnya. Budaya Barat tak lepas dari alkohol dan narkotika, maka Islam melarang itu semua, bahkan termasuk dosa besar, demi menjaga kesehatan dan akal kita. Di Barat, pembunuhan adalah hal yang lumrah terjadi, walaupun mereka tahu bahwa tindakan ini menyalahi kemanusiaan. Tapi anehnya tindakan pembunuhan itu menjadi genre yang seru dalam perfilman. Bagaimana orang tak melakukan tindakan itu sedangkan perilaku pembunuhan sering ditampilakan dengan aksi yang memukau dan membuat mudah terobsesi. Maka, Islam sangat keras menjaga nyawa manusia dengan mengharamkan menzalimi atau melukai apalagi pembunuhan secara mutlak bila tanpa sebab yang syar’i dan mengkategorikannya sebagai dosa besar, apalagi yang dibunuhnya adalah seorang muslim, yang hukumannya ditegakkan di dunia dengan qishash dan akhirat dengan murka Allah. Maka, akidah yang benar akan mencegah terjadinya dua hal itu, merusak tubuh dan melukai orang lain. Dalam masalah ini, akidah yang benar sangat krusial bagi remaja, karena nyatanya tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh pemuda muslim terjadi justru bukan hanya karena weseternisasi melainkan karena akidah yang sesat seperti Khawarij yang melegalkan pembunuhan terhadap muslim yang tak sepaham dengan mereka.
  3. Setelah menjaga nyawa, Islam memerintahkan kita untuk menjaga akal. Akal adalah anugerah terbaik yang Allah berikan pada kita sebagai pembeda antara manusia dan hewan. Akal ini harus dijaga dengan memberikannya gizi-gizi berupa ilmu-ilmu yang berguna serta tidak dipergunakan untuk hal-hal yang tak berguna. Westernisasi membawakan budaya pergualan bebas, di antaranya yang merusak akal adalah pornografi dan narkotika atau alkohol. Pornografi adalah kata yang tak asing lagi di telinga kita. Itu adalah salah satu bagian dari produk westernisasi yang sangat berdampak buruk bagi akal remaja. Pornografi sangatlah adiktif dan merusak bagi akal kita, salah satu pengaruhnya adalah kehilangan kosentrasi dalam belajar dan cenderung mendorong remaja melakukan tindakan seks secara ilegal. Remaja yang kecanduan pornografi akan kesulitan kosentrasi karena akalnya hanya dipenuhi oleh fantasi seks sebagai cara dia menvisualisasikan dari apa yang telah ditonton. Bila akal telah dipenuhi fantasi seks, maka yang dipikirkan dalam setiap keadaan hanyalah fantasi itu. Selanjutnya fantasi itu mendorong orang itu untuk merealisasikan fantasinya menjadi sebuah kenyataan sehingga tak heran bila remaja sekarang bahkan anak kecil pun sudah melakukan tindakan kekerasan seksual seperti pelecehan. Narkotika dan alkohol pun merusak akal karena dapat menurunkan tingkat kesadaran, menimbulkan halusinasi, gangguan mental, serta depresi. Pecandu narkoba akan berperilaku di luar kesadarannya dan tindakannya selalu menjurus pada kriminal. Kedua hal itu jelas dilarang dalam Islam karena merusak akal manusia. Remaja yang memiliki akidah yang benar akan meyakini tatkala ingin melakukan tindakan itu bahwa Allah sedang melihatnya dan dia merasa takut akan-Nya. Dia pula akan berusaha menjaga akalnya agar tetap sehat. Dia pula akan menjaga syahwatnya agar tak terjerumus pada jebakan setan. Dia pula tidak akan melampiaskan stresnya dengan mabuk-mabukan. Dia akan selalu menyerahkan urusannya pada Allah semata.
  4. Valentine Day adalah hari yang dilabeli sebagai “Hari Cinta”, padahal ditujukan untuk menunjukan cinta dalam bentuk pelampiasan hasrat seks pada pasangannya. Salah satu bentuk pergaulan bebas hasil dari produk westernisasi. Mereka melegalkan hubungan gelap tanpa ikatan pernikahan yang penting saling suka satu sama lain. Kemudian produk westernisasi yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia adalah LGBTQ yang mana sekarang sedang banyak digandrungi oleh remaja di berbagai negeri. Di antara sebab terjadinya seks bebas adalah, seperti di poin ketiga, banyak remaja yang kecanduan porno dan ingin melampiaskan pada kekasihnya, dan atau melumrahkan budaya bercampur-baur dengan lawan jenis sehingga seakan tak ada larangan untuk saling bergenggaman dan bermain bersama. Islam membatasi hubungan antara laki-laki dan wanita dengan melarang saling berpegangan dan menganjurkan bercakap seperlunya sebagai langkah untuk menjaga seseorang dari mendekati zina. Maka, menjadi tugas baru dalam dunia pendidikan untuk melarang atau membatasi campur-baur antara lawan jenis di sekolah demi meminimalisir tindakan perzinahan. Kita sudah mendengar banyak berita tentang para siswi yang kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah. Selain mengedukasi para siswa-siswi tentang masalah seksual, perlu pula ada tindakan untuk mencegah hal tersebut terjadi, di antaranya adalah memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Karena tak mungkin seorang laki-laki bermain dengan perempuan tanpa rasa kecuali orang yang tak normal. Dalam hal ini, Islam melarang perbuatan zina dan mencegah untuk mendekatinya karena hal tersebut dapat merusak nasab manusia, atau tercampurnya nasab. Islam sangat menghormati nasah dan nasab adalah kehormatan manusia. Saat manusia memiliki nasab yang jelas maka itu menunjukan bahwa dia adalah manusia yang terjaga dari perbuatan keji. Islam pula melarang hubungan sesama jenis karena itu menghalangi manusia untuk mereproduksi dan memutuskan nasab. LGBTQ adalah perbuatan yang sangat keji dan terlaknat. Zina dan LGBTQ diharamkan dalam Islam untuk menjaga martabat manusia, meninggikan derajat kemanusiaan, membedakan manusia dengan hewan, dan menjaga nasab manusia.
  5. Mafia dan Ganstars seringkali menjadi rujukan kelompok-kelompok remaja di Tanah Air karena dinilai memiliki kesan yang kekinian dan gaul. Seperti gang motor yang dinamakan dengan nama-nama kebarat-baratan. Bukan masalah nama saja yang diadopsi, tapi tindak kriminal dari Gansters pun tak lupa mereka ikuti, mulai dari tampilan gaya mereka, cara dan siasat dalam melakukan tindak kriminal, sampai pada penggunaan narkotika dan alkohol. Pergaulan Mafia atau Gansters ini memiliki dampak merusak pada keseluruhan Lima Pokok Kehidupan. Dalam pergaulan seperti itu, agama sudah pasti tak dihiraukan dan pasti dilupakan hingga pada akarnya, nyawa sudah dianggap murah karena pembunuhan adalah objek utamanya, akal mereka rusak dengan narkotika, nasab sudah tak ada, yang ada hanyalah pelacuran yang menggila-gila, dan perampokan dan pencurian adalah cara mereka mengais rezeki. Westernisasi terhadap harta bukanlah hanya sekedar perampokan dan pencurian dalam lingkungan Mafia dan Gansters, tapi termasuk pula praktik-praktik keuangannya. Islam sangatlah menjaga penganutnya untuk tidak terjerumus ke dalam tindakan pengambilan hak orang lain secara batil. Islam pula sangat detail dalam membahas tentang masalah keuangan agar harta yang dimiliki itu halal zatnya dan cara mendapatkannya. Banyak sekali produk westernisasi dalam masalah keuangan seperti praktik riba, bitcoin, credit, jual-beli online, jual-beli saham, dan lain sebagainya. Ada yang sudah mutlak haram dan ada pula yang masih syubhat dan ada pula yang diperbolehkan. (Penjelasan terperinci untuk masalah seperti ini aku merekomendasikan buku “Harta Haram” karya Dr. Erwandi Tarmizi, MA.). Yang jelas, Islam ini dibangun di atas kemaslahatan, maka yang dilarang oleh Islam dalam masalah ini bertujuan untuk menghindari harta yang didapat dari hasil menipu, tak jelas asalnya, menyita hak orang lain secara batil, dan lain sebagainya yang menguntungkan pihak satu dan merugikan pihak lain.

Kelima Pokok Kehidupan yang dijaga oleh Islam ini haruslah diajarkan di sekolah-sekolah agar para remaja memiliki kejelasan dalam hidupnya. Jelas dengan akidah yang benar dan kuat dalam menyortir pemikiran Barat. Jelas dalam berperilaku sehingga tidak merugikan nyawa dirinya dan orang lain. Jelas dalam menggunakan akalnya sehingga otaknya tetap sehat dan berwawasan luas. Jelas dalam menentukan pasangan hidup sehingga tak terjerumus dalam perzinahan dan pelacuran. Jelas dalam menghasilkan rezeki dengan bisnis yang halal dan harta yang didapat akan memberkahi keluargnya dan masyarakat di sekitarnya.

Dari yang telah kubahas, kebanyakan yang dipaparkan adalah westernisasi yang berkaitan dengan tindak kriminal dan pergaulan bebas. Westernisasi negatif, dalam opiniku, tidak harus berbentuk kriminal, meskipun kebanyakan bersangkutan dengan hal demikian, akan tetapi ada pula sisi negatif yang dipandang oleh mayoritas orang sah-sah saja, dan bahkan dianggap itu adalah hal positif dan kreatifitas. Seperti pakaian mini pada wanita atau pakaian wanita yang masih menonjolkan auratnya walaupun dia berkerudung, padahal wanita muslimah diwajibkan untuk menutup seluruh aurtannya, bukan hanya rambut saja. Atau yang baru-baru ini sempat viral tentang dua remaja yang pandai berdansa dan sudah mendapatkan banyak mendali dari bakatnya tersebut, sebagian orang beropini bahwa ini adalah tanda generasi rusak, dan sebagian yang lain beropini bahwa justru ini membanggakan bangsa. Menurutku, dansa memanglah sebuah bakat yang tak dimiliki oleh setiap orang, apalagi sudah sampai mendapatkan mendali. Itu adalah sebuah prestasi. Tapi aku lebih condong pada yang mengatakan bahwa ini adalah tanda generasi rusak. Mengapa? Karena dansa adalah produk westernisasi negatif yang berseberangan dengan nilai-nilai Islam, di mana di situ ada campur-baur antara lelaki dan wanita, membuka aurat, dan menampilkan gerakan erotis. Dalam masalah ini, aku tak peduli dengan non-muslim, yang kumaksud di sini adalah untuk orang muslim. Memang tak dapat disangkal bahwa ini adalah prestasi dan bakat, namun bakat dan prestasi seperti ini sama sekali tak menguntungkan bagi masyarakat. Mungkin dalam sisi ekonomi, Indonesia dapat diuntungkan dengan bakat seperti ini melalui industri hiburan. Tapi dalam sisi budaya, ini akan menghilangkan kultur asli Nusanatara, dan dalam sisi moral, ini akan berpengaruh pada karakteristik generasi sekarang.

Generasi kini selalu menginginkan hal-hal yang instan, dan melalui cara seperti dansa, konten tak berfaedah, dan sesuatu yang lain yang hanya berupa hiburan akan menjadi tujuan mereka dalam menghasilkan uang dan popularitas. Lalu bagaimana nasib negeri ini bila yang dilirik hanyalah hiburan? Bagaimana dengan para cendikiawan muda yang seharusnya membangun negeri ini? Bila generasi ini hanya bertujuan menjadi para penghibur yang dianggap “prestasi” maka bisa jadi kelak para pemimpin dan pembangun negeri ini hanyalah para penghibur, para pelawak, para dancers. Mau dibawa ke mana arah negeri ini? Bukan hal mustahil bila kita melihat dari kebanyakan orang Indonesia yang mudah ikut-ikutan dengan sesuatu yang sedang viral saat ini. Tak perlu membandingkan negeri ini dengan negeri sumber westernisasi, karena kualitas SDM-nya berbeda. Cukup sadar dan cari perubahan.

Terakhir, kita tak menutup mata dari dampak positif westernisasi. Kita sangatlah butuh pada negeri Barat yang tentunya lebih maju dari hampir segala sisi. Tapi, kita punya Islam dalam hati kita yang mana itu lebih mulia dan lebih harus dipertahankan dibandingkan kita mengikuti sepenuhnya apa yang dibawa Barat pada kita. Islam yang kita punya haruslah menjadi alat penyortir westernisasi ini mana yang berguna buat bangsa dan tak bertentangan dengan agama, dan mana pula yang merusak moral bangsa dan agama mayoritas negeri ini. Kita selalu berharap kemajuan negeri kita tercinta, Indonesia. Islam bila dijalankan dengan pola pikir yang benar, akidah yang benar, dan cara mempraktikan yanbeg benar, maka itu akan sangat membantu meningkatkan kemajuan peradaban negeri ini. Sebagaimana dahulu Islam menjadi kiblat dunia karena peradaban modernnya. Memang, Islam di Indonesia ini sering kali dicela karena dianggap justru menjadi akar penghambat pertumbuhan bangsa kita. Tapi, ya, itu dikarenakan banyak dari umat Islam Indonesia yang masih berpikir statis dan selalu berputar-putar dalam masalah perbedaan pendapat dan egoisme-fanatisme setiap kelompok. Hal seperti ini yang membuat banyak orang yang memisahkan antara agama dan dunia. Andai saja umat Islam Indonesia berpikir luas, terbuka terhadap perbedaan pendapat internal, kokoh dan bersatu dalam akidah yang benar, dan tak memisahkan antara ilmu dunia dan ilmu agama. Maka tak mustahil kita akan menjadi penggenggam dunia. Dan semua itu akan tercipta oleh tangan-tangan para pemuda karena mereka adalah motor penggerak genarasi ini. Mereka adalah para pemilik masa depan. Meraka adalah para pemilik aspirasi cermerlang dan pembaharuan. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang menggunakan hati nuraninya dalam menggunakan akal dan lisan. Bangsa ini membutuhkan karya-karya inspiratif dan motivatif. Bangsa ini seharusnya tak membutuhkan goyangan tangan, lenggak-lenggok tubuh, baju tren compang-camping, lawakan sia-sia, dan muka galau dan sedih. Bayangkan saja para pendahulu kita yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini bila mereka melihat keadaan pemuda kini, mungkin mereka akan berkata, “Untuk generasi seperti ini kuberjuang?!”

Hanya satu kunci untuk pintu perubahan, yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kunci itu adalah kesadaran. Karena manusia fitrah selalu condong pada kebaikan. Kebiakan itu akan dirasa hanya dengan kesadaran masing-masing. Kesadaran adalah kunci perubahan.



[1] Putrandi, Ravananta Ananda. (2021). “Fenomena Istilah ‘Overproud Indonesians’ Sebagai Dampat dari Post-Colonialism Melalui Budaya Film Populer di Indonesia.” Jurnal Tranformasi Global, 1, 2.

[2] Putrandi, Ravananta Ananda. (2021). “Fenomena Istilah ‘Overproud Indonesians’ Sebagai Dampat dari Post-Colonialism Melalui Budaya Film Populer di Indonesia.” Jurnal Tranformasi Global, 1, 3.

[3] Zakir, Muhammad. (2016). “Metode Mengajar Dalam Pendidikan Islam.” Jurnal Studi Pendidikan, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, 5, 102.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu (dari mata orang sok tahu)

Mimpi Untuk Cianjur

Penghargaan Yang Bukan Penghargaan (Mencari Hakikat Prestasi & Apresiasi)