Melirik Peradaban Mesir Kuno
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Siapakah yang tak mengenal Mesir? Negera yang terletak di
ujung utara Afrika yang memiliki dua benua di wilayahnya, yang berbatasan
langsung dengan Sudan dan Libya serta laut Mediterania. Negeri yang kini
menjadi rumah bagi 90 juta orang yang mana di sana banyak sekali persatuan
budaya dunia disebabkan Mesir menjadi salah satu pusat peradaban awal dunia dan
peradaban Islam terkemuka yang menjadikannya sebuah destinasi bagi para
pedagang di masa lampau atau para pelancong dan para pelajar di masa kini. Negeri
yang sebagian besarnya adalah gurun dan sungai Nil menjadi pusat kebutuhan air
masyarakat. Negeri yang memiliki kanal Suez yang terkenal menjadi kanal
tersibuk di dunia yang memiliki peranan penting bagi perekonomian dunia. Negeri
memiliki salah satu universitas tertua di dunia yaitu Al-Azhar yang telah
banyak menghasilkan ulama dan tokoh terkemuka di dunia Islam, meskipun sungguh
sangat disayangkan, menurut pengalaman saya dari apa yang dilihat, kebanyakan
pelajar dari negeri kita datang ke Mesir, dengan title Al-Azhar di
kening mereka, tak serius belajar dan menuntut ilmu, saya sungguh paham karena
saya pun masih berusaha untuk semangat karena godaan dalam perantauan adalah
ranjau kemalasan akibat kebebasan dan tidak adanya seseorang yang mengingatkan.
Mereka pergi dengan harap pulang menjadi penyeru bagi masyarakatnya dan mereka
memandang para pelajar Al-Azhar sebagai orang hebat padahal kenyataannya
berbalik jauh kecuali sedikit dari mereka yang berniat tulus. Negeri dari
orang-orang kuat, berbudaya dan berwatak unik (di mana mereka sangat suka
sekali berteriak dan kebisingan, senang dengan makanan yang rasanya berlebih,
kendaraan yang berjalan tanpa adanya aturan bahkan orang yang menyebrang tidak
diberikan jalan, meskipun demikian, di antara mereka ada yang sangat religius,
suka bersalawat, hafal Al-Quran dengan baik, dan berhati tulus), dan banyak hal
lagi yang masih saya belum ketahui mengenai negeri ini. Negeri yang memiliki
satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Piramida Giza, sebuah peninggalan agung
dari masa lalu yang mungkin sulit terpikirkan bagaimana mereka melakukan hal
tersebut dengan teknologi yang mungkin tidak secanggih sekarang. Dan peradaban
itulah yang hendak saya bagikan dalam kesempatan kali ini, peradaban dari
negeri yang punya sejarah yang sangat panjang yang menjadikannya dijuluki Mother
of The World.
“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (21:30) Itu adalah kutipan ayat yang mulia
menjelaskan bahwa Allah menciptakan seluruh makhluk hidup dari air atau yang memiliki
persentase tertinggi dalam komposisi makhluh hidup adalah air. Jumlah air dalam
tubuh manusia bervariasi teragantung usia dan jenis kelamin, walaupun demikian
rata-rata keseluruhannya bahwa 45%-75% tubuh manusia adalah air. Oleh karena
itu, pasokan air dalam tubuh kita perlu dijaga karena air adalah unsur
pembangun tubuh kita. Atas sebab itulah air memiliki peran penting dalam
mempengaruhi peradaban manusia. Manusia tak mampu hidup tanpa air, bahkan dia
lebih mampu menahan lapar dibandingkan menahan haus. Manusia akan mencari
tempat sumber air untuk dijadikan tempat hidup dan atas dasar itulah banyak
peradaban manusia yang dekat dengan sungai, pantai, oasis, dan sumber mata air
lainnya. Di antaranya adalah peradaban Mesir Kuno, peradaban yang berada di
timur laut Afrika ini berpusat di hilir sungai Nil. Peradaban ini dimulai
semenjak unifikasi antara Mesir Hulu (yakni daerah bagian selatan dari Kairo
kini atau disebut juga Mesir Tengah) dan Mesir Hilir (yakni daerah bagian
paling utara dari Mesir) sekitar tahun 3150 SM.[1]
Peradaban Mesir Kuno ini memiliki banyak misteri yang bila digali tidak akan
ada habisnya kita berpikir, karena peradaban ini memiliki prestasi yang tinggi
dalam kemajuan manusia seperti arsitektur, sastra dan tulisan, pertanian,
budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perkenankan saya untuk memberikan
setetes dari lautan misteri peradaban ini yang mungkin saya bisa jelaskan
sedikit dari sumber yang saya ambil dari internet dan dari The National Museum
of Egyptian Civilization.
A.
Asal-usul Nama Mesir dan Egypt
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa dalam
bahasa Indonesia atau Arab disebut Mesir, tapi dalam bahasa Inggris disebut
Egypt? Dikatakan bahwa ada sebuah cerita rakyat yang menjelaskan mengenai
asal kata Egypt, di sana dijelaskan bahwa dahulu kala ketika orang-orang asing
datang ke Mesir untuk berdagang, mereka selalu ditanya oleh pribumi dengan
kata, “Iyh Gibt? (Untuk apa datang kemari?)” Sehingga kata itu masyhur
di kalangan para pedagang asing dan terdengar seperti “Egypt” kemudian
lama-kelamaan akhirnya para pedagang asing itu menamai negeri yang mereka
datangi itu serta penduduknya dengan kata Egypt. Namun cerita itu tidak ada
dasarnya. Mengutip dari kompasiana.com bahwa kata Egypt berasal dari bahasa
Yunani Aigyptos atau bahasa latin Aegyptus yang diadaptasi dari Hikuptah, nama
Mesir Kuno dalam aksara Hierogliph.[2]
Adapun Mesir, maka itu diambil dari atau dinisbatkan pada nama cucu Nabi Nuh
yang bernama Mashrayim (Bahasa Armenia-Syria mengatakan “Mishriyyin”) Bin Ham
Bin Nuh.[3]
Sebagian menafsirkan bahwa kata “Mesir” bermakna “Akar yang Kuat lagi Kuno”,
ada pula yang memaknainya dengan “Bumi” atau “Dataran”, dan ada pula yang
memaknainya dengan “Benteng” atau “sebuah tempat yang terlindungi”. Adapun nama
yang digunakan oleh Mesir Kuno adalah “Kamt” atau “Kami” yang bermakna “Daratan
Hitam” sebagai kiyasan dari Tanah Lembah Sungai Nil untuk membedakan antaranya
dengan Gurun Tanah Merah “Dashrith” yang meliputi sekelilingnya.[4]
B.
Sejarah Dimulai
Kerangka Nazlet Khater di NMEC |
Sejarah Mesir dimulai sejak berakhirnya Zaman Batu Tua atau Paleolitikum yang mengubah daratan Utara Afrika yang katanya dahulu wilayah tersebut ditutupi oleh sabana berhutan dan bahkan dilalui oleh ungulata[5] menjadi semakin panas dan kering, akibatnya manusia terpaksa berkumpul di dataran sepanjang pinggir sungai Nil. Sungai Nil menjadi urat nadi kehidupan manusia yang tinggal di dataran ini yang digunakan untuk mengembangkan pertanian dan masyarakat terpusat yang menjadi cikal bakal peradaban dunia. Sungai Nil memiliki peranan penting dalam hidup manusia di wilayah ini, bahkan hingga kini Mesir masih menjadikannya pusat kehidupan, seluruh air di Kairo berasal dari sungai Nil yang didistribusikan dengan menyedot air kemudian ditampung di menara air yang besar lalu disalurkan menggunakan pipa ke setiap rumah warga. Kerangka Nazlet Khater adalah bukti bahwa adanya kehidupan di tanah ini, kerangka manusia yang ditemukan di dekat Nazlet Khater, provinsi Sohag. Kerangka ini adalah milik seorang pemuda yang hidup 35 ribu tahun lalu, terlihat dari bentuk kerangkanya bahwa dia adalah seorang yang tinggi dan kuat serta ditemukan alat-alat bebatuan yang ada di sampingnya. Alat-alat bebatuan itu digunakan oleh manusia kala itu untuk kebutuhan sehari-hari seperti alat pembuat makanan, alat penjahit baju, alat pelindung diri, dan untuk memfasilitasi seluruh kehidupan mereka. Biasanya alat-alat itu dibuat dari batu-batu yang dibantingkan atau ditekan pada bagian permukaannya atau pada akhirnya mereka menggunakan palu yang terbuat dari batu juga, kayu, dan tulang untuk memecahkan batu tersebut. Batu yang diruncingkan satu arah berarti digunakan untuk pisau dan batu yang diruncingkan dua arah digunakan sebagai kampak, batu yang runcing dibunakan untuk alat bor atau ujung panah. Terlihat dari bagaimana mereka memodifikasi batu menunjukkan bahwa manusia sejak awal memang tidak diciptakan serupa dengan hewan, akan tetapi mereka mengerahkan segala kemampuan yang ada di sekitar mereka untuk dijadikan alat bertahan hidup dan membangun peradaban.
Manusia akan terus menulis sejarahnya dengan mengikuti
langkah pendahulunya dan kemudian mengembangkannya. Muncullah setelahnya
peradaban baru yang disebut dengan periode Pradinasti sekitar tahun 5500 SM,
suku-suku kecil yang menetap di lembah sungai Nil menunjukkan peradaban baru
mereka dalam pertanian dan peternakan, terlihat dari tembikar dan barang-barang
pribadi. Peradaban terbesar di antara yang lainnya di masa ini adalah Badari
yang berada di Mesir Hulu, berkembang antara 4400-4000 SM, mereka dikenal
dengan peninggalan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.[6]
C.
Periode Pradinasti
Peninggalan Peradaban Naqaba di NMEC |
Sementara di Mesir Selatan teradapat peradaban bernama Naqaba yang dibagi menjadi tiga: Naqaba I (Amratia), Naqaba II (Gerzeh), dan Naqaba II (Semainea). Pradaban ini ditandai oleh peninggalan-peninggalan yang tak jauh beda dengan peradaban tetangganya masa itu yaitu tembikar, hanya saja memiliki ciri khas berwarna merah dengan warna putih untuk dekorasi bergambar hewan-hewanan, vas batu dekoratif, perhiasan, serta memiliki palet kosmetik yang digunakan untuk make up. Peradaban ini mulai meluaskan kekuasaanya di sepanjang sungai Nil sekitar 4000 SM hingga pada akhirnya setelah 1000 tahun berlalu mereka berhasil mengembangkan peradaban yang tinggi serta pemimpin mereka menguasai penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai Nil.[7] Mereka mendirikan pusat kekuatan di Hierakonpolis (Ibu kota religius dan politik Mesir Hulu pada akhir masa periode Pradinasti), dan kemudian di Abydos. Budaya Naqaba menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan di tubuh para penguasannya, mereka juga mulai menggunakan simbol-simbol tulisan yang menjadi akar lahirnya sistem Hieroglif untuk menulis bahasa Mesir Kuno.[8]
Prasasti Raja Qa'a di NMEC |
Datang setelahnya Periode Dinasti Awal, sekitar 3150 SM.[9] Raja terakhir dari Dinasti ini adalah Qa’a yang bertakhta selama 33 tahun pada akhir abad ke-30 SM, dia adalah raja terakhir yang melihat berdirinya dinasti dan pembentukkan negara kesatuan. Terdapat sebuah prasasti yang tersimpan di mausoleumnya di Abydos, tertulis di atas sebuah dekorasi yang dikenal sebagai “Serekh” (Istana Kerajaan) nama “Horus”. Horus adalah julukan raja Mesir paling tua di mana seorang raja terikat dengan Tuhan Horus yang menjadi pewaris takhta kerajaan. Prasasti itu diperkirakan berasal dari 3100-2890 SM.
D.
Peninggalan Masa Kerajaan Firaun
Peralatan Pertanian Mesir Kuno di NMEC |
Pen-Hery The Surveyor, atau Al-Masah Bin Hara, dia adalah penanggungjawab atas kadar ukuran tanah pertanian, menentukan kepemilikan negara, tempat ibadah, dan individual. Patungnya terlihat bahwa dia sedang memegang sebuah tali yang mengitari kepala biri-biri dari tuhan Amun, tali tersebut termasuk peralatan untuk mengukur tanah pertanian dan batasan negara.
Lady & Children, adalah patung seorang wanita yang memangku ketiga anak lelakinya. Patung yang menggambarkan kedudukan seorang ibu di mata anak lelakinya. Karena Memang bagi anak lelaki cinta pertama mereka adalah ibu. Diperkirakan berasal dari 1550-1295 SM.
Lady & Children di NMEC |
Royal Insignia, atau Lambang Kerajaan, sebagaimana kita tahu bahwa kerajaan ini selalu memiliki simbol-simbol yang menarik, terlihat dari bagaimana mereka menulis tulisan mereka dengan aksara Hieroglif. “Nikhekh” simbol yang melambangkan keabadian raja dan kekuasaan atas kerajaannya, “Heqa” simbol yang melambangkan kemampuan untuk memerintah dan merawat rakyat, “Enkh” simbol bahwa sang raja masih hidup dan mampu mengatur seluruh kehidupan, “Djed” simbol yang melambangkan kestabilan, “Hedj” simbol yang melambangkan kehancuran dari negeri-negeri musuh kerajaan. Simbol-simbol itu berasal dari Kerajaan Lama.
Royal Insignia di NMEC |
Alat Pengukuran. Kita tahu bahwa peradaban Mesir Kuno memiliki bangunan yang begitu menakjubkan semisal Piramida Giza dan lain sebagainya, tentu tak mungkin mereka membuat itu tanpa sebuah alat untuk mengukur agar semua ukuran itu simetris dan rapih. Mesir Kuno adalah termasuk bangsa pertama yang menggunakan bandulan timbang untuk mengukur lurusnya sebuah dinding atau untuk elemen arsitektual lainnya, dan penggaris segitiga siku-siku yang mampu digunakan baik dalam rancangan horizontal dan vertikal, dan kemudian tanda akurasi dan ketepatan. Peralatan ini terbuat dari kayu yang berasal dari Kerajaan Baru sekitar tahun 1295-1186 SM.
Alat pengukuran dan patung Senenmut di NMEC |
Senenmut, adalah penasihat terdekat dan seorang arsitek untuk sang raja Hatshepsut. Dia dipercayai untuk menjadi pelatih bagi putri dari Hatshepsut, Neferura, sebagaimana pada patungnya terdapat mereka berdua. Senenmut menjadi disainer dan pengawas pembangunan mausoleum kenangan dari raja Hatshepsut di Dar Al-Bahari dan juga membangun bangunan lainnya di Kuil Karmak.
Alat Kecantikan. Siapakah yang tak mengenal putri Cleopatra, putri yang menjadi lambang kecantikan atau kosmetik, itu menunjukkan bahwa wanita di zaman Mesir Kuno sudah memperhatikan kecantikan dirinya, terutama di kalangan istana. Mereka berdandan dengan menggunakan celak mata berwarna hitam atau hijau di kedua mata mereka. Mereka pula menggunakan gelang kaki yang berbeba-beda bentuk dan bahan. Pipi mereka sering diwarnai merah dan mereka menggunakan minyak atau lemak wangi sebagai parfumnya yang disimpan di pekakas bercorak hewan ataupun burung, begitu pula mereka menggunakan sisir untuk merapihkan rambut dan jepit rambut untuk menjaganya tetap rapih di depan cermin yang terbuat dari besi.
Alat Kecantikan di NMEC |
Senet, adalah satu di antara permainan paling tua di dunia dan menjadi permainan paling populer di kalangan masyarakat Mesir Kuno hingga masa Yunani-Roma. Dalam permainan ini pula terdapat simbol keagamaan yang mana pemain ini harus melalui rintangan yang dia hadapi di dunia lain. Permainan ini sekilas mirip dengan ular-tangga di dunia modern.
Permainan Senet di NMEC |
Patung Tawanan di NMEC |
Prasasti Hakim Kaherset di NMEC |
Alat Mandi Raja di NMEC |
Raja Akhenaten adalah seorang raja firaun yang bermana asli Amenhotep IV. Ketika dia menjadi raja dia mengajak masyarakat pada pemikiran baru yang menjadikan seluruh sifat tuhan bersatu dalam satu tuhan yang sama yaitu “Aten” dan dia pula mengajak pada perdamaian dan toleransi beragama. Pemikirannya ini memiliki pengaruh yang besar dalam cara pandang negara atau madzhab negara, agama, dan seni budaya di Mesir Kuno. Di samping patungnya ini terdapat sebuah syair yang diterjemahkan dengan bahasa Arab dan Inggris, saya akan mencoba menampilkan syair yang ditujukan untuk memuji raja Akhenaten ini,
Ketika kau terbit
dari ufuk
Maka bumi pun berubah terang
Dan ketika kau bersinar sebagai Aten di siang hari
Maka sungguh kau melenyapkan jauh kegelapan
Dan ketika kau mengirimkan sinarmu
Maka dua bumi sedang berhari raya
Manusia memperhatikan dan terpaku di atas kaki mereka
Tatkala bangkitnmu untuk mereka
Bergegas setiap orang pada pekerjaannya di segala penjuru
Dan ternak digembala di padang rerumputan
Pepohonan dan tumbuhan bermekaran
Burung-burung mengepakkan sayap-sayap di rawa-rawa
Dan dia merengkul sayap-sayapnya menyembah padamu
Dan rusa menari di atas kakinya
Hiduplah seluruh makhluk
yang terbang, yang berjalan, atau yang melata di atas bumi
Ikan-ikan berloncat-loncat di sungai di hadapanmu
Tetaplah sinarmu terpancar di air terdalam
Tatkala kau pergi dari cakrawala barat
Maka bumi menggelap bagai mati
Tak seorang pun kuasa melihat tetangganya
Keluarlah segala marabahaya dari sangkarnya untuk menerkam
Berjalanlah ular-ular untuk menggigit
Dan kezaliman pun berkemah
Dunia berubah menjadi sepi sunyi
Maka sesungguhnya yang menciptakan mereka sedang beristirahat di ufuknya
Patung Raja Akhenaten di NMEC |
Mesir Kuno adalah peradaban yang menganut
kepercayaan Dinamisme, yaitu meyakini bahwa benda-benda tertentu memiliki
kekuatan ghaib sebagaimana yang kita lihat pada banyaknya patung, di antaranya
Patung Tawanan yang mereka anggap mampu mengusir kejahatan atau menghancurkan
musuh-musuh, dan kepercayaan Panteisme, yaitu percaya bahwa alam semesta adalah
tuhan sebagaimana yang kita lihat pada syair raja Akhenaten berisi
pujian-pujian bagi tuhannya yang bernama “Aten” yang tergambarkan dari tulisan
itu bahwa dia adalah matahari. Saya berfikir bahwa jikalau Mesir Kuno ini
adalah penyembah alam dan penyembah benda, maka Firaun, yang disebutkan dalam
Al-Quran, yang mengaku tuhan adalah orang yang sudah melampaui batas hukum
keagamaannya sendiri, dia merasa dirinya tuhan yang paling tinggi dalam artian
dia menafikan tuhan-tuhan Mesir Kuno yang lain meskipun bila kita cermati
raja-raja yang lain, maka kita mendapati bahwa memanglah masyarakat Mesir Kuno
begitu mengagungkan raja-raja mereka seakan-akan tuhan, apalagi ditambah dengan
kesombongan dan kezalimannya pada Bani Israil yang dibina oleh Nabi Musa dan
Nabi Harun alaihissalam, kedua nabi itu diutus untuk menolong kaumnya
dan mengajak Firaun untuk mengetahui tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah ﷻ
sebagai rasa kasih saying-Nya pada hamba-Nya harap-harap dia sadar, namun pada
akhirnya Allah mengazabnya dan Jibril pun menahannya untuk mengucapkan kalimat
Tauhid karena telah terlalu melampui batas. Ada satu pertanyaan dalam benak
saya, dikarenakan Firaun yang mengaku tuhan itu mati diazab, apakah raja
setelahnya menjadi beriman karena sudah melihat bukti yang nyata?
Yang jelas peradaban ini banyak yang sudah
hilang diakibatkan kesombongan Firaun maka Allah pun melenyapkan peradabannya
sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat
Firaun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun.” (7:137) Mungkin
itulah di antara sebab hilangnya teknologi masa itu, yang jelas peradaban itu
masihlah tersisa untuk kita ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dan mencari jalan
untuk kita menjadi lebih maju daripada mereka dan menghindari hal buruk yang
mereka telah buat. Mesir adalah negeri yang sejarahnya tak akan habis bila
digali lebih dalam karena perjalanan peradaban negeri ini sangatlah panjang,
ini adalah bagian kecil dari sejarah Ibu Dunia ini. Saya atau kita haruslah
mencari sejarah tempat kaki kita berpijak karena itulah di antara sebab kita
punya alasan untuk bangkit. Saya melihat Mesir seperti sudah lupa bahwa dahulu
mereka adalah peradaban tertinggi, namun sekarang Mesir justru termasuk negera
yang ekonominya rendah dan seperti tertinggal zaman, entah mereka lupa atau tak
ingin bangkit, namun seharusnya sejarah mendorong mereka untuk mengembalikan
negerinya menjadi Ibu Dunia yang bukan sekedar julukan masa lalunya.
Wallahu’alam.
[1] “Chronology”. Digital Egypt for
University, University of Collage London. Diakses dari wikipedia.com.
[2] Mahardhika Zifana. (2013). “Kenapa Egypt
jadi Mesir, Greece jadi Yunani, dan Netherland jadi Belanda?”. Kompasiana.com.
(Diakses pada 9 Juli 2023).
[3] Hafid Nuh. “Mashrayim Bin Nuh”. Tulisan
tersimpan di website Wayback Machine pada 22 Desember 2017. Diakses dari
wikipedia.com.
[4] Taha Abdul Alim. Fi Ushul Ism Misr.
Al-Ahram Al-Yaumi. Dipublikasikan pada 20 April 2010. Tulisan tersimpan di
website Wayback Machine pada 3 Juni 2015. Diakses dari wikipedia.com.
[5] Kelompok mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka untuk
menahan berat badan mereka. Terbagi menjadi dua: Perissodactyla (contohnya
zebra dan tapir yang berkuku dua) dan Artiodactyila (contohnya unta dan
rusa yang berkuku genap). Wikipedia.com.
[6] Hayes (1964) hal. 220. Diakses dari
wikipedia.com.
[7] “Chronology of the Naqaba Period”. Digital
Egypt for University, University Collage London. Diakses dari wikipedia.com.
[8] Allen (2000) hal. 1. Diakses dari
wikipedia.com.
[9] “Early Dynastic Egypt”. Digital Egypt for
University, University Collage Londong. Diakses dari wikipedia.com.
[10] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari
Ibnu Abbas Radiyallahu’anhu bahwasannya Nabi ﷺ bersabda, “Tatkala Allah ﷻ menenggelamkan
Firaun, dia berucap, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali tuhan yang Bani
Israil imani.” Kemudian Jibril alaihissalam berkata, ”Wahai Muhammad!
Jikalau kau melihatku (ketika itu) sedangkan aku mengambil sesuatu dari laut
(pasir), maka aku sumbatkan itu pada mulutnya karena takut dia mendapatkan
rahmat.” At-Tirmidzi berkata, “Hadist ini hasan.” Sedangkan Syeikh Al-Albani
berkata, “Sahih lighairhi.”
Komentar
Posting Komentar