Mencermati Arti Mukjizat Al-Quran dari Segi Bahasa

Gambar
Diri kita terdiri dari dua hal yaitu jasad dan ruh. Jasad harus diberi gizi yang cukup untuk tumbuh kuat dan gizinya berbentuk materi seperti makanan dan minuman. Begitu juga dengan ruh yang membutuhkan asupan gizi, namun gizinya bukan berbentuk materi melainkan maknawi yaitu hidayah. Sebagaimana Allah memudahkan kita untuk mendapatkan asupan gizi materi bagi jasad kita, Allah juga telah memudahkan kita untuk mendapatkan hidayah itu sebagai asupan gizi maknawi bagi ruh kita, dengan cara diutusnya para rasul untuk menuntun manusia kepada jalan yang benar dan juga diberikan pula pada manusia akal sehat agar mudah untuk meyakini apa yang dibawakan oleh para rasul. Para rasul diutus kepada kaum yang sudah mulai melenceng dari jalan yang benar, seperti kaum Nabi Nuh yang sejak 10 abad menyembah Allah lalu kemudian mereka berpaling menuju penyembahan patung akibat perilaku mereka yang berlebihan terhadap orang saleh, maka Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk mengembalikan mereka menuju penyem

Melirik Peradaban Mesir Kuno

Siapakah yang tak mengenal Mesir? Negera yang terletak di ujung utara Afrika yang memiliki dua benua di wilayahnya, yang berbatasan langsung dengan Sudan dan Libya serta laut Mediterania. Negeri yang kini menjadi rumah bagi 90 juta orang yang mana di sana banyak sekali persatuan budaya dunia disebabkan Mesir menjadi salah satu pusat peradaban awal dunia dan peradaban Islam terkemuka yang menjadikannya sebuah destinasi bagi para pedagang di masa lampau atau para pelancong dan para pelajar di masa kini. Negeri yang sebagian besarnya adalah gurun dan sungai Nil menjadi pusat kebutuhan air masyarakat. Negeri yang memiliki kanal Suez yang terkenal menjadi kanal tersibuk di dunia yang memiliki peranan penting bagi perekonomian dunia. Negeri memiliki salah satu universitas tertua di dunia yaitu Al-Azhar yang telah banyak menghasilkan ulama dan tokoh terkemuka di dunia Islam, meskipun sungguh sangat disayangkan, menurut pengalaman saya dari apa yang dilihat, kebanyakan pelajar dari negeri kita datang ke Mesir, dengan title Al-Azhar di kening mereka, tak serius belajar dan menuntut ilmu, saya sungguh paham karena saya pun masih berusaha untuk semangat karena godaan dalam perantauan adalah ranjau kemalasan akibat kebebasan dan tidak adanya seseorang yang mengingatkan. Mereka pergi dengan harap pulang menjadi penyeru bagi masyarakatnya dan mereka memandang para pelajar Al-Azhar sebagai orang hebat padahal kenyataannya berbalik jauh kecuali sedikit dari mereka yang berniat tulus. Negeri dari orang-orang kuat, berbudaya dan berwatak unik (di mana mereka sangat suka sekali berteriak dan kebisingan, senang dengan makanan yang rasanya berlebih, kendaraan yang berjalan tanpa adanya aturan bahkan orang yang menyebrang tidak diberikan jalan, meskipun demikian, di antara mereka ada yang sangat religius, suka bersalawat, hafal Al-Quran dengan baik, dan berhati tulus), dan banyak hal lagi yang masih saya belum ketahui mengenai negeri ini. Negeri yang memiliki satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Piramida Giza, sebuah peninggalan agung dari masa lalu yang mungkin sulit terpikirkan bagaimana mereka melakukan hal tersebut dengan teknologi yang mungkin tidak secanggih sekarang. Dan peradaban itulah yang hendak saya bagikan dalam kesempatan kali ini, peradaban dari negeri yang punya sejarah yang sangat panjang yang menjadikannya dijuluki Mother of The World.

“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (21:30) Itu adalah kutipan ayat yang mulia menjelaskan bahwa Allah menciptakan seluruh makhluk hidup dari air atau yang memiliki persentase tertinggi dalam komposisi makhluh hidup adalah air. Jumlah air dalam tubuh manusia bervariasi teragantung usia dan jenis kelamin, walaupun demikian rata-rata keseluruhannya bahwa 45%-75% tubuh manusia adalah air. Oleh karena itu, pasokan air dalam tubuh kita perlu dijaga karena air adalah unsur pembangun tubuh kita. Atas sebab itulah air memiliki peran penting dalam mempengaruhi peradaban manusia. Manusia tak mampu hidup tanpa air, bahkan dia lebih mampu menahan lapar dibandingkan menahan haus. Manusia akan mencari tempat sumber air untuk dijadikan tempat hidup dan atas dasar itulah banyak peradaban manusia yang dekat dengan sungai, pantai, oasis, dan sumber mata air lainnya. Di antaranya adalah peradaban Mesir Kuno, peradaban yang berada di timur laut Afrika ini berpusat di hilir sungai Nil. Peradaban ini dimulai semenjak unifikasi antara Mesir Hulu (yakni daerah bagian selatan dari Kairo kini atau disebut juga Mesir Tengah) dan Mesir Hilir (yakni daerah bagian paling utara dari Mesir) sekitar tahun 3150 SM.[1] Peradaban Mesir Kuno ini memiliki banyak misteri yang bila digali tidak akan ada habisnya kita berpikir, karena peradaban ini memiliki prestasi yang tinggi dalam kemajuan manusia seperti arsitektur, sastra dan tulisan, pertanian, budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perkenankan saya untuk memberikan setetes dari lautan misteri peradaban ini yang mungkin saya bisa jelaskan sedikit dari sumber yang saya ambil dari internet dan dari The National Museum of Egyptian Civilization.

A.    Asal-usul Nama Mesir dan Egypt

Mungkin kita bertanya-tanya mengapa dalam bahasa Indonesia atau Arab disebut Mesir, tapi dalam bahasa Inggris disebut Egypt? Dikatakan bahwa ada sebuah cerita rakyat yang menjelaskan mengenai asal kata Egypt, di sana dijelaskan bahwa dahulu kala ketika orang-orang asing datang ke Mesir untuk berdagang, mereka selalu ditanya oleh pribumi dengan kata, “Iyh Gibt? (Untuk apa datang kemari?)” Sehingga kata itu masyhur di kalangan para pedagang asing dan terdengar seperti “Egypt” kemudian lama-kelamaan akhirnya para pedagang asing itu menamai negeri yang mereka datangi itu serta penduduknya dengan kata Egypt. Namun cerita itu tidak ada dasarnya. Mengutip dari kompasiana.com bahwa kata Egypt berasal dari bahasa Yunani Aigyptos atau bahasa latin Aegyptus yang diadaptasi dari Hikuptah, nama Mesir Kuno dalam aksara Hierogliph.[2] Adapun Mesir, maka itu diambil dari atau dinisbatkan pada nama cucu Nabi Nuh yang bernama Mashrayim (Bahasa Armenia-Syria mengatakan “Mishriyyin”) Bin Ham Bin Nuh.[3] Sebagian menafsirkan bahwa kata “Mesir” bermakna “Akar yang Kuat lagi Kuno”, ada pula yang memaknainya dengan “Bumi” atau “Dataran”, dan ada pula yang memaknainya dengan “Benteng” atau “sebuah tempat yang terlindungi”. Adapun nama yang digunakan oleh Mesir Kuno adalah “Kamt” atau “Kami” yang bermakna “Daratan Hitam” sebagai kiyasan dari Tanah Lembah Sungai Nil untuk membedakan antaranya dengan Gurun Tanah Merah “Dashrith” yang meliputi sekelilingnya.[4]

B.    Sejarah Dimulai

Kerangka Nazlet Khater di NMEC
Kerangka Nazlet Khater di NMEC

Sejarah Mesir dimulai sejak berakhirnya Zaman Batu Tua atau Paleolitikum yang mengubah daratan Utara Afrika yang katanya dahulu wilayah tersebut ditutupi oleh sabana berhutan dan bahkan dilalui oleh ungulata[5] menjadi semakin panas dan kering, akibatnya manusia terpaksa berkumpul di dataran sepanjang pinggir sungai Nil. Sungai Nil menjadi urat nadi kehidupan manusia yang tinggal di dataran ini yang digunakan untuk mengembangkan pertanian dan masyarakat terpusat yang menjadi cikal bakal peradaban dunia. Sungai Nil memiliki peranan penting dalam hidup manusia di wilayah ini, bahkan hingga kini Mesir masih menjadikannya pusat kehidupan, seluruh air di Kairo berasal dari sungai Nil yang didistribusikan dengan menyedot air kemudian ditampung di menara air yang besar lalu disalurkan menggunakan pipa ke setiap rumah warga. Kerangka Nazlet Khater adalah bukti bahwa adanya kehidupan di tanah ini, kerangka manusia yang ditemukan di dekat Nazlet Khater, provinsi Sohag. Kerangka ini adalah milik seorang pemuda yang hidup 35 ribu tahun lalu, terlihat dari bentuk kerangkanya bahwa dia adalah seorang yang tinggi dan kuat serta ditemukan alat-alat bebatuan yang ada di sampingnya. Alat-alat bebatuan itu digunakan oleh manusia kala itu untuk kebutuhan sehari-hari seperti alat pembuat makanan, alat penjahit baju, alat pelindung diri, dan untuk memfasilitasi seluruh kehidupan mereka. Biasanya alat-alat itu dibuat dari batu-batu yang dibantingkan atau ditekan pada bagian permukaannya atau pada akhirnya mereka menggunakan palu yang terbuat dari batu juga, kayu, dan tulang untuk memecahkan batu tersebut. Batu yang diruncingkan satu arah berarti digunakan untuk pisau dan batu yang diruncingkan dua arah digunakan sebagai kampak, batu yang runcing dibunakan untuk alat bor atau ujung panah. Terlihat dari bagaimana mereka memodifikasi batu menunjukkan bahwa manusia sejak awal memang tidak diciptakan serupa dengan hewan, akan tetapi mereka mengerahkan segala kemampuan yang ada di sekitar mereka untuk dijadikan alat bertahan hidup dan membangun peradaban.

Manusia akan terus menulis sejarahnya dengan mengikuti langkah pendahulunya dan kemudian mengembangkannya. Muncullah setelahnya peradaban baru yang disebut dengan periode Pradinasti sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil yang menetap di lembah sungai Nil menunjukkan peradaban baru mereka dalam pertanian dan peternakan, terlihat dari tembikar dan barang-barang pribadi. Peradaban terbesar di antara yang lainnya di masa ini adalah Badari yang berada di Mesir Hulu, berkembang antara 4400-4000 SM, mereka dikenal dengan peninggalan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.[6]

C.    Periode Pradinasti

Peninggalan Peradaban Naqaba di NMEC

Sementara di Mesir Selatan teradapat peradaban bernama Naqaba yang dibagi menjadi tiga: Naqaba I (Amratia), Naqaba II (Gerzeh), dan Naqaba II (Semainea). Pradaban ini ditandai oleh peninggalan-peninggalan yang tak jauh beda dengan peradaban tetangganya masa itu yaitu tembikar, hanya saja memiliki ciri khas berwarna merah dengan warna putih untuk dekorasi bergambar hewan-hewanan, vas batu dekoratif, perhiasan, serta memiliki palet kosmetik yang digunakan untuk make up. Peradaban ini mulai meluaskan kekuasaanya di sepanjang sungai Nil sekitar 4000 SM hingga pada akhirnya setelah 1000 tahun berlalu mereka berhasil mengembangkan peradaban yang tinggi serta pemimpin mereka menguasai penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai Nil.[7] Mereka mendirikan pusat kekuatan di Hierakonpolis (Ibu kota religius dan politik Mesir Hulu pada akhir masa periode Pradinasti), dan kemudian di Abydos. Budaya Naqaba menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan di tubuh para penguasannya, mereka juga mulai menggunakan simbol-simbol tulisan yang menjadi akar lahirnya sistem Hieroglif untuk menulis bahasa Mesir Kuno.[8]

Prasasti Raja Qa'a di NMEC

    Datang setelahnya Periode Dinasti Awal, sekitar 3150 SM.[9] Raja terakhir dari Dinasti ini adalah Qa’a yang bertakhta selama 33 tahun pada akhir abad ke-30 SM, dia adalah raja terakhir yang melihat berdirinya dinasti dan pembentukkan negara kesatuan. Terdapat sebuah prasasti yang tersimpan di mausoleumnya di Abydos, tertulis di atas sebuah dekorasi yang dikenal sebagai “Serekh” (Istana Kerajaan) nama “Horus”. Horus adalah julukan raja Mesir paling tua di mana seorang raja terikat dengan Tuhan Horus yang menjadi pewaris takhta kerajaan. Prasasti itu diperkirakan berasal dari 3100-2890 SM.

D.    Peninggalan Masa Kerajaan Firaun

Peralatan Pertanian Mesir Kuno di NMEC

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran itu), Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapatkan pelajaran).” (3:140) Hancurlah satu, datanglah yang baru dan mereka melihat masa lalu itu sebagai sejarah dan seharusnya menjadi pelajaran, kemudian setelah itu datanglah kita sebagai generasi yang mampu melihat semua sejarah itu dengan mudah dan wajiblah bagi kita untuk mencari pelajaran dari apa yang terjadi di masa lalu. Setelah periode Pradinasti, maka datanglah periode agung hingga kini kita masih melihat sisa-sisa dari peradabannya berupa patung-patung dan bangunan-bangunan, peradaban yang sering kita kenal julukan raja mereka yaitu firaun. Peradaban yang disebutkan dalam Al-Quran mengisahkan bahwa dalam peradaban tersebut ada kisah orang saleh sekaligus nabi bernama Yusuf alaihissalam yang menjadi mentri keuangan kerjaan, kemudian ada pula kisah raja yang sangat zalim yang memperbudak kaum Bani Israil dan bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan hingga Allah utus kepadanya dua nabi yaitu Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam dengan harapan dia bertaubat dan mengakui kesalahanya, akan tetapi dia tetap dalam kesombongannya hingga sepersekian detik sebelum ditenggelamkan barulah dia ingin beriman pada Tuhan Musa dan Harun alaihimassalam, namun malaikat Jibril alaihissalam tidak menginginkan dia mengucapkan kalimat itu hingga dilemparkan olehnya segumpal tanah ke dalam mulutnya agar dia tak kuasa berucap hingga mati tenggelam dalam keadaan kafir.[10] Dikatakan bahwa firaun dalam kisah tersebut adalah Ramses II yang mana bila kita melihat muminya di NMEC (The National Museum of Egyptian Civilization) terlihat bahwa terdapat di mulutnya yang sedikit terbuka itu seperti gumpalan tanah dan kedua tangannya terangkat di atas dadanya, tak seperti mumi lain yang kedua tangannya bersila menempel dengan dadanya. Wallahu’alam. Peradaban Firaun ini memiliki linimasa periodik yang disebut dengan Old Kingdom (2686-2181 SM), Middle Kingdom (2134-1690 SM), Periode Menengah II dan Hykos (1674-1549 SM), New Kingdom (1549-1069 SM). Saya tak akan lagi membahas mengenai sejarah perjalanan periodik ini, akan tetapi saya akan mengajak Anda untuk ikut melihat peninggalan-peninggalan mereka yang saya dapat bagikan lewat tulisan ini dengan kesemampuan saya dari hasil kunjungan saya di NMEC.

Pen-Hery The Surveyor, atau Al-Masah Bin Hara, dia adalah penanggungjawab atas kadar ukuran tanah pertanian, menentukan kepemilikan negara, tempat ibadah, dan individual. Patungnya terlihat bahwa dia sedang memegang sebuah tali yang mengitari kepala biri-biri dari tuhan Amun, tali tersebut termasuk peralatan untuk mengukur tanah pertanian dan batasan negara.

Patung Pen-Hery di NMEC

        Lady & Children, adalah patung seorang wanita yang memangku ketiga anak lelakinya. Patung yang menggambarkan kedudukan seorang ibu di mata anak lelakinya. Karena Memang bagi anak lelaki cinta pertama mereka adalah ibu. Diperkirakan berasal dari 1550-1295 SM.

Lady & Children di NMEC

        Royal Insignia, atau Lambang Kerajaan, sebagaimana kita tahu bahwa kerajaan ini selalu memiliki simbol-simbol yang menarik, terlihat dari bagaimana mereka menulis tulisan mereka dengan aksara Hieroglif. “Nikhekh” simbol yang melambangkan keabadian raja dan kekuasaan atas kerajaannya, “Heqa” simbol yang melambangkan kemampuan untuk memerintah dan merawat rakyat, “Enkh” simbol bahwa sang raja masih hidup dan mampu mengatur seluruh kehidupan, “Djed” simbol yang melambangkan kestabilan, “Hedj” simbol yang melambangkan kehancuran dari negeri-negeri musuh kerajaan. Simbol-simbol itu berasal dari Kerajaan Lama.

Royal Insignia di NMEC

        Alat Pengukuran. Kita tahu bahwa peradaban Mesir Kuno memiliki bangunan yang begitu menakjubkan semisal Piramida Giza dan lain sebagainya, tentu tak mungkin mereka membuat itu tanpa sebuah alat untuk mengukur agar semua ukuran itu simetris dan rapih. Mesir Kuno adalah termasuk bangsa pertama yang menggunakan bandulan timbang untuk mengukur lurusnya sebuah dinding atau untuk elemen arsitektual lainnya, dan penggaris segitiga siku-siku yang mampu digunakan baik dalam rancangan horizontal dan vertikal, dan kemudian tanda akurasi dan ketepatan. Peralatan ini terbuat dari kayu yang berasal dari Kerajaan Baru sekitar tahun 1295-1186 SM.

Alat pengukuran dan patung Senenmut di NMEC  

        Senenmut, adalah penasihat terdekat dan seorang arsitek untuk sang raja Hatshepsut. Dia dipercayai untuk menjadi pelatih bagi putri dari Hatshepsut, Neferura, sebagaimana pada patungnya terdapat mereka berdua. Senenmut menjadi disainer dan pengawas pembangunan mausoleum kenangan dari raja Hatshepsut di Dar Al-Bahari dan juga membangun bangunan lainnya di Kuil Karmak.

        Alat Kecantikan. Siapakah yang tak mengenal putri Cleopatra, putri yang menjadi lambang kecantikan atau kosmetik, itu menunjukkan bahwa wanita di zaman Mesir Kuno sudah memperhatikan kecantikan dirinya, terutama di kalangan istana. Mereka berdandan dengan menggunakan celak mata berwarna hitam atau hijau di kedua mata mereka. Mereka pula menggunakan gelang kaki yang berbeba-beda bentuk dan bahan. Pipi mereka sering diwarnai merah dan mereka menggunakan minyak atau lemak wangi sebagai parfumnya yang disimpan di pekakas bercorak hewan ataupun burung, begitu pula mereka menggunakan sisir untuk merapihkan rambut dan jepit rambut untuk menjaganya tetap rapih di depan cermin yang terbuat dari besi.

Alat Kecantikan di NMEC

    Senet, adalah satu di antara permainan paling tua di dunia dan menjadi permainan paling populer di kalangan masyarakat Mesir Kuno hingga masa Yunani-Roma. Dalam permainan ini pula terdapat simbol keagamaan yang mana pemain ini harus melalui rintangan yang dia hadapi di dunia lain. Permainan ini sekilas mirip dengan ular-tangga di dunia modern.

Permainan Senet di NMEC
        Patung Tawanan, adalah sebuah figur tawanan yang dibuat dari bahan-bahan yang berbeda untuk dipergunakan di ritual keagamaan “Menjaga Tanah dan Raja” di dalam kuil. Juga dibacakan padanya mantra kemudian diikat dengan tali dan disimpan di atas api untuk menghancurkan musuh-musuh Mesir, dan ada pula yang dikuburkan di dalam tiang-tiang kuil atau di tembok-tembok dengan keyakinan untuk menghilangkan marabahaya dari mereka. Patung ini berasal dari Kerajaan Baru sekitar tahun 1295-1186 SM.

Patung Tawanan di NMEC
            Prasasti dari Hakim Kaherset yang menjabat sebagai seorang hakim dan sekertaris raja di masa Kerajaan Lama. Dia menciptakan prasasti itu dari kayu yang dipahat yang menggambarkan dirinya bersama anggota keluarganya.

Prasasti Hakim Kaherset di NMEC
            Alat mandi pada zaman Kerajaan Baru ini digunakan untuk pensucian diri dan ritual. Dikisahkan tatkala Tuhan Matahari datang dari dunia lain, dia bersuci di ufuk timur setiap paginya sebelum dia terbit ke alam semesta di mana saat itu adalah waktu bagi keempat Pilar Tuhan: Horus (tuhan utara), Seth (tuhan selatan), Dewen-anwy (tuhan timur), dan Thoth (tuhan barat) untuk mencurahkan air kehidupan dan kekuatan pada Tuhan Matahari ini dari empat pilar alam semesta. Patung-patung langka ini adalah gambaran dari waktu pensucian raja Amenhotep II yang terikat dengan Tuhan Matahari tatkala terbit.

Alat Mandi Raja di NMEC

        Raja Akhenaten adalah seorang raja firaun yang bermana asli Amenhotep IV. Ketika dia menjadi raja dia mengajak masyarakat pada pemikiran baru yang menjadikan seluruh sifat tuhan bersatu dalam satu tuhan yang sama yaitu “Aten” dan dia pula mengajak pada perdamaian dan toleransi beragama. Pemikirannya ini memiliki pengaruh yang besar dalam cara pandang negara atau madzhab negara, agama, dan seni budaya di Mesir Kuno. Di samping patungnya ini terdapat sebuah syair yang diterjemahkan dengan bahasa Arab dan Inggris, saya akan mencoba menampilkan syair yang ditujukan untuk memuji raja Akhenaten ini,

Ketika kau terbit dari ufuk
Maka bumi pun berubah terang
Dan ketika kau bersinar sebagai Aten di siang hari
Maka sungguh kau melenyapkan jauh kegelapan
Dan ketika kau mengirimkan sinarmu
Maka dua bumi sedang berhari raya
Manusia memperhatikan dan terpaku di atas kaki mereka
Tatkala bangkitnmu untuk mereka
Bergegas setiap orang pada pekerjaannya di segala penjuru
Dan ternak digembala di padang rerumputan
Pepohonan dan tumbuhan bermekaran
Burung-burung mengepakkan sayap-sayap di rawa-rawa
Dan dia merengkul sayap-sayapnya menyembah padamu
Dan rusa menari di atas kakinya
Hiduplah seluruh makhluk
yang terbang, yang berjalan, atau yang melata di atas bumi

tatkala kau terbit bagi mereka
Ikan-ikan berloncat-loncat di sungai di hadapanmu
Tetaplah sinarmu terpancar di air terdalam
Tatkala kau pergi dari cakrawala barat
Maka bumi menggelap bagai mati
Tak seorang pun kuasa melihat tetangganya
Keluarlah segala marabahaya dari sangkarnya untuk menerkam
Berjalanlah ular-ular untuk menggigit
Dan kezaliman pun berkemah
Dunia berubah menjadi sepi sunyi
Maka sesungguhnya yang menciptakan mereka sedang beristirahat di ufuknya

Patung Raja Akhenaten di NMEC
Demikianlah beberapa peninggalan yang dapat saya bagikan dalam tulisan ini. Kita dapat melihat betapa hebatnya manusia zaman dahulu yang mampu menciptakan sesuatu yang tak terpikirkan oleh kita sebelumnya. Kita bertanya-tanya bagaimana mereka bisa melakukan itu dengan teknologi yang belum ada? Padahal jawabannya sederhana saja bahwa memang pada zaman itu teknologi sudah maju namun entah faktor apa banyak dari teknologi itu yang lenyap dari peradaban manusia. Mungkin saja di masa depan ada manusia yang bertanya-tanya bagaimana kita mampu membangun peradaban yang mungkin teknologi saat ini sudah lenyap di masa mendatang. Bagaimanapun cara kita berfikir, yang jelas manusia dianugerahi akal yang menjadikannya berfikir dan terus berkembang sampai memiliki tujuan yang ambisius harus tercapai dan jadilah sebuah pencapaian yang luar biasa.

Mesir Kuno adalah peradaban yang menganut kepercayaan Dinamisme, yaitu meyakini bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan ghaib sebagaimana yang kita lihat pada banyaknya patung, di antaranya Patung Tawanan yang mereka anggap mampu mengusir kejahatan atau menghancurkan musuh-musuh, dan kepercayaan Panteisme, yaitu percaya bahwa alam semesta adalah tuhan sebagaimana yang kita lihat pada syair raja Akhenaten berisi pujian-pujian bagi tuhannya yang bernama “Aten” yang tergambarkan dari tulisan itu bahwa dia adalah matahari. Saya berfikir bahwa jikalau Mesir Kuno ini adalah penyembah alam dan penyembah benda, maka Firaun, yang disebutkan dalam Al-Quran, yang mengaku tuhan adalah orang yang sudah melampaui batas hukum keagamaannya sendiri, dia merasa dirinya tuhan yang paling tinggi dalam artian dia menafikan tuhan-tuhan Mesir Kuno yang lain meskipun bila kita cermati raja-raja yang lain, maka kita mendapati bahwa memanglah masyarakat Mesir Kuno begitu mengagungkan raja-raja mereka seakan-akan tuhan, apalagi ditambah dengan kesombongan dan kezalimannya pada Bani Israil yang dibina oleh Nabi Musa dan Nabi Harun alaihissalam, kedua nabi itu diutus untuk menolong kaumnya dan mengajak Firaun untuk mengetahui tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah sebagai rasa kasih saying-Nya pada hamba-Nya harap-harap dia sadar, namun pada akhirnya Allah mengazabnya dan Jibril pun menahannya untuk mengucapkan kalimat Tauhid karena telah terlalu melampui batas. Ada satu pertanyaan dalam benak saya, dikarenakan Firaun yang mengaku tuhan itu mati diazab, apakah raja setelahnya menjadi beriman karena sudah melihat bukti yang nyata?

Yang jelas peradaban ini banyak yang sudah hilang diakibatkan kesombongan Firaun maka Allah pun melenyapkan peradabannya sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun.” (7:137) Mungkin itulah di antara sebab hilangnya teknologi masa itu, yang jelas peradaban itu masihlah tersisa untuk kita ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dan mencari jalan untuk kita menjadi lebih maju daripada mereka dan menghindari hal buruk yang mereka telah buat. Mesir adalah negeri yang sejarahnya tak akan habis bila digali lebih dalam karena perjalanan peradaban negeri ini sangatlah panjang, ini adalah bagian kecil dari sejarah Ibu Dunia ini. Saya atau kita haruslah mencari sejarah tempat kaki kita berpijak karena itulah di antara sebab kita punya alasan untuk bangkit. Saya melihat Mesir seperti sudah lupa bahwa dahulu mereka adalah peradaban tertinggi, namun sekarang Mesir justru termasuk negera yang ekonominya rendah dan seperti tertinggal zaman, entah mereka lupa atau tak ingin bangkit, namun seharusnya sejarah mendorong mereka untuk mengembalikan negerinya menjadi Ibu Dunia yang bukan sekedar julukan masa lalunya. Wallahu’alam.



[1] “Chronology”. Digital Egypt for University, University of Collage London. Diakses dari wikipedia.com.

[2] Mahardhika Zifana. (2013). “Kenapa Egypt jadi Mesir, Greece jadi Yunani, dan Netherland jadi Belanda?”. Kompasiana.com. (Diakses pada 9 Juli 2023).

[3] Hafid Nuh. “Mashrayim Bin Nuh”. Tulisan tersimpan di website Wayback Machine pada 22 Desember 2017. Diakses dari wikipedia.com.

[4] Taha Abdul Alim. Fi Ushul Ism Misr. Al-Ahram Al-Yaumi. Dipublikasikan pada 20 April 2010. Tulisan tersimpan di website Wayback Machine pada 3 Juni 2015. Diakses dari wikipedia.com.

[5] Kelompok mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka untuk menahan berat badan mereka. Terbagi menjadi dua: Perissodactyla (contohnya zebra dan tapir yang berkuku dua) dan Artiodactyila (contohnya unta dan rusa yang berkuku genap). Wikipedia.com.

[6] Hayes (1964) hal. 220. Diakses dari wikipedia.com.

[7] “Chronology of the Naqaba Period”. Digital Egypt for University, University Collage London. Diakses dari wikipedia.com.

[8] Allen (2000) hal. 1. Diakses dari wikipedia.com.

[9] “Early Dynastic Egypt”. Digital Egypt for University, University Collage Londong. Diakses dari wikipedia.com.

[10] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radiyallahu’anhu bahwasannya Nabi bersabda, “Tatkala Allah menenggelamkan Firaun, dia berucap, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali tuhan yang Bani Israil imani.” Kemudian Jibril alaihissalam berkata, ”Wahai Muhammad! Jikalau kau melihatku (ketika itu) sedangkan aku mengambil sesuatu dari laut (pasir), maka aku sumbatkan itu pada mulutnya karena takut dia mendapatkan rahmat.” At-Tirmidzi berkata, “Hadist ini hasan.” Sedangkan Syeikh Al-Albani berkata, “Sahih lighairhi.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu (dari mata orang sok tahu)

Mimpi Untuk Cianjur

Penghargaan Yang Bukan Penghargaan (Mencari Hakikat Prestasi & Apresiasi)